STUDIA HUMANIKA “IDEOLOGI: Sebuah Pengantar”

Pendahuluan
Apakah politik emansipasi masih mungkin di era pascamodern yang justru merayakan matinya subjek politik? Apakah perjuangan untuk merebut keadilan dan kesetaraan masih mungkin di tengah kapitalisme kontemporer yang kian membius kita sedemikian rupa, di tengah perpolitikan yang kian menjadi arena dagang?

Di tengah kecemasan dan pesimisme itu filsuf Slavoj Žižek muncul dengan sebuah gebrakan optimistis: POLITIK RADIKAL MASIH MUNGKIN! Filsafatnya adalah upaya untuk menyegarkan politik radikal tanpa kembali pada doktrin-doktrin perjuangan gaya lama. Kapitalisme global digital kontemporer dengan ciri-cirinya yang khas dan baru membutuhkan cara-cara perlawanan yang baru pula.

Dalam perspektif Zizek, ideologi mengandung karakter tautologis karena “tujuan sejari dari ideologi adalah konsistensi perilaku ideologis itu sendiri”. Ideologi ada dalam keperluan untuk terus menerus mereproduksi afirmasi gap itu sendiri.

Ideologi berakar pada fantasi dan pembentukannya bersandar pada jarak permanen antara yang-Simbolik dan yang-Riil. Ada tidaknya ideologi tidak ditentukan oleh sikap orang terhadapnya, tetapi oleh kesenjangan antara realitas (yang-Simbolik) di hadapan ketakmungkinan yang-Riil. Ideologi adalah “kesadaran palsu”, demikian menurut Zizek.

Suguhan fantasi dan permanennya ideologi ini dicontohkan melalui cerita tentang seorang mandor yang curiga bahwa ada buruh yang mau mencuri di pabrik. Berdasarkan kecurigaan itu, tiap sore ia memeriksa isi tas si buruh. Namun karena tak pernah mendapati barang curian apa pun di tas si buruh, bukannya berhenti curiga, ia malah berpikir jangan-jangan tas itulah barang curian sebenarnya.

Di sini, ketika si mandor tak menemukan apa yang dicari tapi memaksakan tas sebagai barang curian, ia menjadikan ketaksadarannya bukan lagi sebagai ekses dari realitas yang termanipulasi. Yang terjadi adalah ketaksadaran itu menyediakan dan mengubah koordinat realitas itu sendiri. Ia tak peduli pada fakta apakah “si buruh benar mencuri atau tidak”, tetapi ia mengkonstruksi dan membentuk realitas pencurian itu terlepas dari fakta apa pun sebelumnya.

Ini mirip dengan operasi ideolog Orde Baru yang selalu mengatakan, “anasir-anasir PKI” masih ada dan ancamannya nyata, terlepas dari fakta bahwa PKI sudah lama dihancurkan. Di titik ini jelaslah bahwa selama realitas ada selama itu pula ideologi itu ada.

Pembicara
ROBERTUS ROBET

Menyelesaikan studi sarjana dalam bidang Sosiologi dari Universitas Indonesia, MA dalam bidang Political Thought dari University of Birmingham, Inggris dan doktoral dalam bidang Filsafat dari STF Driyarkara, Jakarta. Pengajar di Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta. Menulis artikel, makalah dan laporan di berbagai jurnal dan media massa.

Waktu
Ahad, 5 Agustus 2012, pkl. 13:00-18:00 WIB (dua sesi diselingi istirahat dan shalat Ashar).

Sesi I: Selayang Pandang Pemaknaan Ideologi

Sesi II: Sejarah Ideologi sejak Marxisme hingga Pasca Marxisme (Perspektif Zizekian/Slavoj Zizek)

Tempat
Ruangan GSS (Gedung Sayap Selatan) Kompleks Masjid Salman ITB

Biaya
Biaya pendaftaran dan kuliah Rp. 60 ribu

Fasilitas
Sertifikat, snack (menu ta’jil/berbuka puasa) dan materi kuliah (soft dan hardcopy)

Info & Pendaftaran
Daftar langsung ke sekretariat Divisi Pengkajian dan Penerbitan Salman ITB, Ruangan Back Office Gd. Kayu Lt. 1 Komp. Masjid Salman ITB Jl. Ganesha No. 7.

Untuk informasi lebih lengkap, silakan sms ke ANIS (0857-941-73686), atau bertanya via e-mail ke studia.humanika@salmanitb.com, atau ke wall FB Studia Humanika, atau ke twitter Studia Humanika.[]

Tags: ,

About Arfan

Kurang ajar, makanya saya belajar.

Komentar anda